Pages

Wednesday, February 3, 2016

I wouldn't mind

I wouldn't mind if you ruin my day.
I wouldn't mind if you make my eyes full of tears.
I wouldn't mind if you're not mine.
I wouldn't mind if you're always come to visit me in my dream.
I wouldn't mind if you don't stay.
I wouldn't mind if you're not looking at me.
I wouldn't mind if you don't know I fall in love with you.
I wouldn't mind if I sit all day at Coffee Shop just to see you from behind.
I wouldn't mind talking to you when you're starting to drunk at Club.
I wouldn't mind if I sit at the bar just to see you dance from distant.
I wouldn't mind if I always open a car window just to see you at your office.
I don't mind if you can't give me your love, because I love you with no expectation.

Sunday, January 31, 2016

Bertanya Soal Iman

Banyak orang yang mempertanyakan soal keimanan orang lain tanpa pernah tahu apakah mereka sudah benar dalam imannya atau masih meragu? Banyak orang denial, namun Iman yang sebenarnya menurut pandangan saya bisa kita dapati dari keraguan, prasangka dan rasa ingin tahu. Tidak datang dengan sendirinya karena perintah orang lain untuk beriman pada satu hal, hal yang bisa disebut apa saja, seni, agama, sains, filsafat ataupun kardus indomie sekalipun. Seringkali orang yang mengaku sudah sepenuhnya beriman, sangat beriman, memaksakan orang lain untuk mengimani apa yang mereka imani. Pada dasarnya mengimani atau keimanan tidak bisa dipaksa, apa jadinya jika Iman tidak lahir dari rasa ingin tahu, atau tidak lahir dari isi kepala kita masing-masing? Jika seperti itu, apakah orang bisa beriman tanpa pernah berprasangka, mencari tahu apa yang diimaninya? Apa kita percaya pada sesuatu yang belum pernah kita cari tahu kebenarannya? Paling tidak untuk diri kita sendiri. Jika sudah, tidak perlu memaksakan keimanan kita pada orang lain yang tidak seiman, apalagi dengan cara kekerasan, mencibir atau memberi pandangan sinis jika melihat orang yang tidak seiman. Ia harus melalu kebaikan, keadilan dan pemahaman yang baik. Beriman pada satu hal juga bukan berarti kita harus menjadi statis, Justru harus bisa membawa kita menjadi orang yang lebih bijak dan menghargai perbedaan, Di negara kita masih banyak orang yang menjadikkan masalah perbedaan yang membuat kita memberi pandangan sinis terhadap yang berbeda, bahkan dari perbedaan suku. Tapi saya percaya bahwa generasi muda yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, rasa ingin belajar, rasa empati, bisa menjadi generasi penerus yang punya pola pikir yang lebih terbuka dalam hal-hal seperti ini. Iman macam apa yang terlahir dari pandangan sinis dan menebar kebencian terhadap sesama manusia? Semoga iman tidak menjadikkan kita orang yang kaku dan statis, semoga seluruh umat manusia bisa lebih berpikir terbuka soal ini dan berhenti menanyakan apalagi memaksakan soal keimanan kepada orang lain.